Sabtu, 28 Januari 2012

GAYA KEPEMIMPINAN KULTURAL, SOLUSI KEBUNTUAN.

Kehidupan bermasyarakat  selalu membutuhkan sebuah “kepemimpinan” untuk mengatur, membina, melayani, dan mempengaruhi kehidupan  masyarakat.  Sehingga posisi pemimpin sangat menentukan kondisi sosial dalam sebuah masyarakat. Ini dibuktikan oleh sejarah bangsa ini, ketika Nusantara diubah menjadi sebuah Republik. Ketika kepemimpinan kolonial berpindah ke kepemimpinan pribumi.  

Kepemimpinan diartikan secara leksikal atau menurut kata dasarnya berasal dari kata “Pimpin” yang mengandung dua unsur pokok yaitu pemimpin sebagai subjek dan pemimpin sebagai objek.  Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin. Sehingga dalam menjalankan sebuah kepemimpinan terdapat  tipe kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari sebuah komunitas.
Max Weber  menjelaskan perbedaan tipe-tipe kepemimpinan berdasarkan pada jenis kepemimpinan dan wewenangnya yaitu ; pertama, tipe kultural merupakan pemimpin yang berlandaskan pada kearifan lokal yang dianut oleh sebuah komunitas. Model kepemimpinan ini mendapatkan sebuah wewenang berdasarkan proses pensucian dari komunitas tersebut.  kedua, tipe rasional absah model ini mendapatkan wewenang berdasarkan pada kepercayaan dalam legalitas atau ke-sah-an peraturan tersebut. Model ini sering disebut sebagi wewenang birokratis. Proses pemilihan kepemimpinan ditentukan oleh proses demokrasi seperti dalam pemilihan presiden.   Ketiga, pemimpin karismatik yaitu pemimpin yang memiliki karakter khusus seperti, sifat kepahlawanan, kesuciannya yang terpatri dalam dirinya sehingga mendapatkan pengikut yang sukarela. Karena jenis pemimpin ini memiliki kualitas kemanusiaan yang luar biasa segala perilakunya diberkati yang menjadi magis bagi para pengikutnya.
Di indonesia sendiri kepemimpinan rasional absah, menjadi dominan akibat era modern dengan struktur birokrasi  yang ketat. Kecendrungan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) menjadi masalah baru yang tak kunjung selesai. Nilai kepemimpinan menjadi kekuasaan, kekuatan, eksploitasi, dan  dominasi, menggeser nilai kepemimpinan yang berlandaskan kearifan, moralitas, amanah, akomodasi, tanggung jawab, dst.
kepemimpinan birokrasi cenderung menimbulkan gejolak sosial akibat  terjadi proses politik tidak sehat. Karena penentuan ini sangat ditentukan oleh kekuatan massa, kekuatan uang, dan pengaruh ketegangan politik. Pemimpin yang terpilih dalam perhelatan tersebut selalu biasanya menjaga wibawanya terhadap masyarakat yang di pimpinannya, yang sebenarnya merupakan trik politik.  Selain itu, tipe kepemimpinan ini tidak mampu mengakomodasi kepentingan masyarakatnya karena, tidak mudah berbaur dengan masyarakat secara langsung, karena budaya birokrasi yang structural dan ketat.
Hal ini sangat berbeda dengan Tipe  kepemimpinan kultural  yang kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan, moralitas, mengedepankan kepentingan masyarakat serta nilai toleransi yang tinggi. Pemimpin kultural seperti rela mengorbankan harta bahkan jiwanya untuk kepentingan masyarakat,  bertindak sebijaksana mungkin dalam rangka mengayomi, menuntun dan mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Jika ada rakyatnya kesulitan, maka seorang pemimpin harus menolongnya. Yang paling penting, pemimpin yang tidak mempunyai kualitas seperti ini dianggap sebagai pemimpin yang tak layak untuk memimpin.
Kenyataan sosial kita, diera globalisasi mewajibkan penggunaan struktur birokrasi. Yang Menjadi masalah sebenarnya adalah Gaya kepemimpinan birokrasi, yang merusak. Maka dari ini solusi kebuntuan dengan mengawinkan tipe kepemimpinan birokratis dan  gaya kepemimpinan kultural. Hal ini tentulah sulit diterapkan, dibutuhkan  kesadaran mendalam yang harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kita.
Jika ada, sungguh Ajaib, mungkin mukjizat.! Pemimpin birokratis yang bergaya kultural, yang memiliki kearifan, moralitas, spiritualitas, jujur, amanah, merakyat. Serta memiliki kemampuan professional dan akuntabel.

Penulis: Sampean (Ketua Bid PIPW LKIMB UNM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar